Nah, zz sendiri memang gak banyak tahu atau nonton film
Korea, masih bisa dihitung jari lah,walaupun ada beberapa yang memang sengaja beli abis baca review atau kebetulan ngopy dari temen. Karena memang dulu banyakan tahu drama atau film Jepang (yang
sekarang memang lagi bergeser oleh takdir
bernama trend?) Tapi pas nonton film yang satu ini, self-satisfaction zz terdeteksi mencapai angka 9! Keren kan? :D
(FYI, memang zz doang yang bisa ngerasain parameter ini. XD ).
Abis googling ke beberapa, ternyata film Korea ini produksi
Hongkong, sutradaranya aja namanya Andrew Lau -bukan Andy Lau-red, dan yang
terlibat di sana pun banyakan udah profesional bahkan katanya ada yang terlibat
dalam tim visual-Effect film Spiderman. Makanya pas di adegan baku tembaknya
jadi keren begitu kali ya? Baku tembak? Yep, walaupun film ini bergenre drama-ballads
sih. karena memang salah satu tokoh
utamanya adalah pembunuh bayaran yang mengagumi seseorang namun memilih hanya
mengaguminya dari jauh karena memang profesinya tidak memungkinkannya menyatakan
perasaan. Penyeimbang tokoh pembunuh ini adalah seorang agen interpol asal
Korea yang bertugas di Belanda. Keduanya setelah beberapa kejadian sedemikian
rupa akhirnya menyukai gadis yang sama, gadis Korea yang suka melukis dan
memang berprofesi sebagai pelukis di jalanan di taman kota. I will put this as a
triangle-romance then. Tapi jangan kuatir, film satu ini alur ceritanya tidak
gampang ditebak dan terbukti kisah roman itu seperti kenyataannya gak melulu harus happy-ending. Banyak kok di
luar sana bertabur kisah sejati dimana para pelakonnya harus struggling on
manythings, kan? Halah... :D
Bisa dibilang, Zz cukup menikmati film ini secara
keseluruhan. Setting-nya, pemilihan tiap sudut dalam pengambilan gambar,
keindahan Amsterdam dengan bangunan
klasik khas Eropa, suasana musim gugurnya, akting para pemainnya, musik
latarnya, aduhhh.. zz bisa jadi sangat senang gini pas nonton film ini. Pertama
karena memang tentu saja gak time-consuming,
gak kayak drama kan?
Ironinya adalah ini cerita tentang rahasia perasaan yang
terungkap ketika semua telah terlambat. Adalah Hye-young, seorang cewek Korea,
pelukis jalanan yang tinggal di Amsterdam bersama kakeknya yang memiliki toko
barang antik. Ada seorang pengagum rahasia Hye-Young yang ternyata seorang pembunuh bayaran yang selalu
mengirimkan bunga Daisy tiap pukul 04.15 sore
untuk Hye-Young. Hye-young tak pernah tahu siapa yang selalu mengirimkan
bunga-bunga itu setiap hari hingga kemudian seorang laki-laki yang di tangannya
memegang sepot kecil bunga Daisy mendatanginya di taman biasa Hye-Young melukis
dan minta dilukis. Hye-Young kaget dan jadi salah tingkah ketika melihat pot
putih berisi Daisy itu. Wajar sih ya, dia kan punya emotional-attachment yang
cukup besar sama bunga itu sejak beberapa waktu.
Sayangnya sebelum Hye-Young menyelesaikan lukisan
pesanannya, laki-laki itu tampak tergesa pergi dan mengatakan ia akan kembali
besok pada waktu yang sama. Ia pergi seperti ada sesuatu penting yang
terjadi, bahkan bunga Daisi yang dibawanya tertinggal begitu saja. Hye-Young
berusaha memanggilnya namun lelaki itu hanya tersenyum sebelum berbalik
menjauh. Sesaat Hye-Young tertegun lalu tersenyum penuh arti saat memandangi Daisi itu. Belakangan terungkap ternyata Hye-Young dimanfaatkan Jeung-Wo saat
ia bertugas menyelidiki penyelundupan narkoba di salah satu bangunan di sekitar
situ.
Keesokan harinya lelaki itu menepati janjinya untuk datang sehingga lukisan itu bisa diselesaikan. Hye-Young mengatakan ia menumpahkan kopi ke sketsa yang dibuatnya kemarin jadi harus dilukis ulang. Jeung-Wo pun setuju. Saat pertama kali melihat Jeung-Wo yang datang dengan bunga Daisi di tangannya itu, Hye-Young sudah mengira bahwa itulah orang yang selama ini ditunggunya dan mengiriminya bunga setiap hari.
Film ini memang akhirnya menyedihkan sekali. Kind of
tearjerker. Tapi pesan moralnya smpe kok. Ternyata memang terkadang the wall of silence itu riskan sekali
memicu kesalahpahaman. Kalau suka ya sampaikan saja, kalau bukan ya juga bilang
aja. Aish,
kesimpulan macam apa itu nak? :p
Baiklah, baiklah, saya mengerti, pada beberapa keadaan
terkadang hal yang sederhana pun tidak sesederhana itu untuk dilakukan, banyak
sekali pertimbangannya dengan harapan tidak akan muncul masalah. Nyatanya, hal
yang lebih buruk malah terjadi kan? Kesalahpahaman serius itu kemudian memang terurai ketika semua sudah terlambat dan yah
mungkin terlihat sia-sia sih, tapi ya, begitulah mungkin garis takdirnya.
Jadi?
Well... yeah, this movie is a good one, recommended. It’s
worth watching indeed. Apalagi Ost pengisinya musik klasik yang keren-keren dan
tenang, apalagi pas piano dan gitarnya yang muncul saat Park-Yi, the killer
menunjukkan diri secara tidak kentara dan menganggukkan kepala ke Hye-Young pada
saat gadis itu hendak pulang sambil menyapa orang-orang di taman situ. That’s
one I love the most. ^^
Zz juga berhasil menyebarkan 'virus' Daisy ini ke beberapa orang terdekat, si bungsu Ata dan Oya, si Adek, dan juga Kak Uji. hihihi... We had lotto fun discussing it. Umm... who else? tak ingat lagi dah. :D
Btw, the message Park Yi wrote for Hye-Young of which she realized a mistaken thing backward succesfully make a
heartwrenching inside...
~ I am sorry. At first, I just want to help this lovely
young woman. I built a bridge, then you gave me a painting. And I started sending
Daisies. But the bridge I built became a bridge between you and him. Later, I
could see you so sad after he left. That’s why I showed up. Now, I’ll give your
heart back ~
0 comments:
Post a Comment