Memperbaiki Kesyukuran


Oh Allah, 
make me feel You and only You is enough
because eventually, nothing will matter, everything else will be gone
All I have will be taken away
So Allah...Please
Make me content with only you in my heart

(credit : Mysara, picture taken from Pinterest)

Life in Graduate School

Another chapter on my life as graduate student in Physics.
I know now that I have my favorite tutor. yay! Alhamdulillah.
I actually tried to ask his help and he just agreed on it right away. That boy, can I borrow your brain?
huhu.
"At what time it's convenient for you?"
"umm,  10 am?
"okay, that works!"
"cool!"
"how about the place? are you at Rundel reading room by tomorrow?"
"I'll go to your office?"
"oh really?" *terharu*
"yea... haha"
"okay, thank you! really appreciate that!"
"no problem!"
"see you tomorrow"
"see you...!"



and that's how he started helping me with study before the exam. It's pretty clear and much easier to follow his explanation through the chapter. once again, Can I borrow your genius brain?! :o

This class makes me crazy and wanna run to the wall and hit my head repetitively! bahahha.
Anyway, thanks Cameron! Its very kind of you!

Nyan keuh, jak lom u Amerika. Jak gob jak tanyoe, trok keunoe, rhoe ie mata. T.T



Melihatmu di merata tempat

Ada saat-saat ketika hati ingin sekali pulang. menyusup ke bawah pelukanmu.
menyelinap dari belakangmu, lalu memelukmu yang tertidur, lalu membaringkan diri di sebelahmu, ataupun sambil merangkulmu. diam-diam saja aku melakukannya.
maka jenak ini bernama rindu.


Kau akan mungkin sedang memasak, atau memanaskan sup ketika aku tiba di rumah hampir tengah malam.
"makan apa di jalan?" begitu tanyamu, dalam rekam jejak memoriku.
atau
"bagaimana di rumah sana?"

Lalu aku akan bercerita panjang lebar hari-hariku di rumah kos di Banda Aceh, bersama Dek Alfir dan Dek Amar. Lalu aku ganti bertanya dan kau akan bercerita tentang hari-harimu di sekolah dan di rumah dengan Ayah dan Dek Ata. Karena hanya kalian bertiga di rumah. Maka ceritamu  akan berkisar tentang Ata dan hal-hal lucu yang dilakukannya di rumah. Tentang ayah yang selalu sabar mengantar dan menjemputmu saban hari. ya, tentangnya, laki-laki yang kau banggakan setelah ayahmu. Ataupun juga tentang sayur bayam yang menurutmu terasa aneh sekarang. Tentang bumbu pisang goreng langganan kita puluhan tahun yang tidak berubah rasanya. Tentang uwak dekat rumah atau ibu guru tertentu temanmu di sekolah. Atau pula tentang piring berwarna putih yang lebih kau sukai lalu aku akan menimpali kalau aku menyukai versi warna hitamnya karena aku lebih dulu melihat gelasnya. Lalu kita berusaha memuji warna kesukaan kita masing-masing, 'iyaa, dua-duanya bagus juga..."
Hal remeh temeh dan segala tentangmu yang membuatku tersenyum sendiri atau mengerjapkan mata yang tiba-tiba berair tiap kali mengingat sosokmu. Sedu tertahan, aku tahu untuk beberapa saat lamanya aku tak bisa menghamburkan diri ke arahmu, ke dalam dua tanganmu. Lalu engkau akan mengusap kepalaku. Hening di sela dudukku bernama rindu.

Kadang di lain waktu aku akan duduk di meja makan, menungguimu. mungkin engkau sedang memanaskan sup dan ikan buat makan malamku yang sudah dini hari. Walaupun aku tak makan banyak, dan bilang tak apa, kau tetap melakukannya jika kau tahu aku pulang. Lalu kau akan menemaniku makan, meletakkan emping goreng kesukaanku di atas meja sambil menanyaiku banyak hal, menatap wajahku dalam-dalam. Aku seperti bisa melihat kedalaman hatimu di bening teduh matamu. Ada binar di sana, menghangatkan tiap sudut hati yang dingin. Aku selalu bersyukur tiap kali pulang melihat wajahmu.

Kau juga akan menanyakanku ingin dimasakkan apa. Atau kau akan membawakanku kue jajanan atau mie goreng yang dijual di sekolahmu. Aku seperti merasa masih berlari-lari dalam seragam merah putih dan engkau setiap pagi menyisir rambutku. kadang aku seperti masih bisa mendengar omelan pagi khasmu karena kami tidak bergegas atau tidak menghabiskan sarapan atau bertengkar rutin yang tidak jelas juntrungannya dan membuatmu kesal.

Aku masih ingat ketika dengan hati-hati bertanya padamu apakah aku membuatmu sedih dan kesepian karena jarang sekali pulang dan tinggal berjauhan darimu, atau bahkan ketika memutuskan melangkahkan kaki memenuhi janji dan cita-citaku. Aku memutar-mutar cangkir kopiku dengan senyum berusaha mencandaimu bahwa engkau pasti punya ayah yang begitu perhatian dan tidak mungkin akan kesepian. aku setengah bercanda sebenarnya. :)

Kau berbalik dari counter meja dapur sedang mengaduk kuah yang sedang dimasak, tersenyum sebentar menatapku.
"Mungkin karena mamak ingatnya kamu di Banda aja, gak jauh. jadi masih bisa lah, gak apa-apa. Jadi gak terlalu berasa"
Sambil mengangguk-angguk lega, paling tidak aku tidak membuatmu sedih dengan jarang menghabiskan waktu di rumah. Sejujurnya ada rasa bersalah dan tercubit ketika tiap kali engkau menelfon namun pertanyaanmu selalu tidak pernah lupa,'kapan pulang?'.

Aku menikmati semua saat bersamamu Mak. diomeli, dimarahi, diceritakan banyak hal, mengantarmu belanja, membuatkan teh, membukakan jendela kamarmu di pagi hari dan menutupnya sebelum magrib. Menemanimu di dapur, berceloteh banyak hal, tertawa dan kadang merengek tidak penting namun menyenangkan hatiku. menonton TV bersamamu walau lebih sering aku kemudian berbaring dan dipijat minyak kayu putih jika aku sedang kurang sehat. Atau sebaliknya, memijat kepalamu dan bercerita kesana kemari tentang hari-harimu dan banyak hal yang kau lakukan yang banyak sekali terlewatkan olehku.

Tahukah mak, engkau masih seseorang yang paling bisa membuatku tertawa tiba-tiba ketika sendirian lalu terduduk diam di sisi tempat tidur dan nelangsa mengingat semua hal tentangmu. Yang membuatku mennagis diam-diam saat menyuapkan makanan ke mulutku karena mengingat masakanmu yang selalu menjadi primadona dan senyum bahagiamu ketika menunggu kami mencicipinya lalu serempak memuji rasanya.
 "Enak kalii alhamdulillaaah"
"aaah... surga duniaa..."
"Kekmana dulu gak pernah mendekati rasanya kalau kami yang buat?"
dan segudang komentar yang membuatmu tertawa-tawa dan menyuruh kami melanjutkan makan. Kau mungkin berusaha menyembunyikan emosimu saat itu, anak-anakmu pulang, duduk mengitari meja makan dan makan masakanmu, menikmatinya seolah kami anak-anakmu yang kemarin pagi masih diantar ke taman kanak-kanak, yang hampir setiap saat selalu merepotkanmu.

Engkau pula, yang suara, wajah di layar saat sekarang kita terpisah jauh selalu menjadi obat penentram gelisahku. Skype berjam-jam yang mampu kita lakukan untuk membunuh rindu, mendengarkan ceritamu tentang hari itu, tentang kelucuan seminggu lalu, tentang saudara yang meninggal, tentang sepupu yang menikah atau melahirkan, tentang kau dan ayah yang pergi ke pasar atau sekedar jalan-jalan.
Rindu itu menguap sesaat namun segera tertabung lagi setiap kali kita usai menutup layar. Selalu begitu.

Mak, selalu ada wajah dan senyummu di merata tempat tiap kali aku mengayunkan langkah di sini. kadang di rumah, di dapurku, di sudut kamarku, atau di belakangku menungguku selesai tilawah, aku merasa engkau ada di merata sudut. Aku tahu, aku rindu padamu sebanyak itu.


 and today, when I look up to the sky, it took me miles away from here... 



Friday's Quote


and still, after all this time
 the Sun has never said to the earth, 
"you owe me"

Look what happens 
with a love like that
It lights the whole sky
-Hafez
(a Persian Poet of 1300)

Kebaikan di sore Rabu

Aku memutuskan ke swalayan terdekat, Dollar General, masih di dekat  apartemen. cuaca di penghujung musim dingin tidak lagi terlalu menusuk tulang. berjalan pelan menuju swalayan, dengan matahari sore yang tertutup langit mendung sejak pagi. sisa hujan deras semalam masih terlihat.

Jalanan tidak terlalu sepi tidak pula ramai. mungkin karena libur dan orang-orang sedang menghabiskan masa liburan ke luar kota. 

Jalan setapak yang biasa kulalui tampak sedikit merepotkan. Beberapa bagian nampak becek bekas tapak-tapak sepatu. aku berjalan lambat berusaha menghindari bagian ber lumpur. aku juga tidak membuat daftar apapun karena sebenarnya aku hanya ingin berjalan menghirup udara luar dan atau sebotol susu  mungkin? persediaan susu kami hampir habis.

aku masih beberapa blok jauhnya dari swalayan, ketika kulihat seorang polisi berseragam gelap memasuki swalayan. aha. polisi juga perlu berbelanja. XD

Ketika membuka pintu swalayan, kasir itu menyambut dengan ramah. aku balas tersenyum, meraih keranjang di tumpukan sebelah kanan pintu. seorang lelaki tua yang cukup tinggi dan kurus menatapku. aku hanya tersenyum sambil mengangguk. sepertinya ia sedang berbicara dengan kasir itu. Samar aku menangkap apa isinya, karena tidak begitu jelas apa yang diucapkannya. Terlebih juga karena aku tidak begitu paham aksennya. Aku hanya bisa menangkap saat si kasir menjelaskan tentang shuttle bus yang melewati kompleks perumahan tertentu. sepertinya ia berusaha menjelaskan kepada lelaki tua itu. Tunggu, sepertinya ia juga kasir baru, aku baru melihatnya hari ini. 

Begitu berada di dalam aku mulai mengambil beberapa barang yang tiba-tiba terlihat seperti kubutuhkan. Dan susu? tiba-tiba aku berubah pikiran dan menggantinya dengan sebotol jus. aku masih berputar-putar sambil berfikir menu makan malam. Sepertinya aku ingin sesuatu yang berbeda dari kemarin dan kemarinya lagi. Aku menuju rak chips kentang. memilih-milih ketika aku sadar lelaki tua tadi tampak mulai gusar dan suaranya mulai meninggi. Rak chips kentang tempat kuberdiri sekarang hanya berjarak sekitar 4 meter dari counter depan kasir. Polisi tadi selesai dan sekarang berjalan menuju kasir. 

"Hello! everything alright here?" sapanya sambil melempar pandang pada lelaki tua yang sejak tadi tidak berhenti bicara. oke, sekarang aku mulai memperhatikan mereka, tidak lagi fokus pada chips kentang di rak hadapanku. 
sang kasir mulai menghitung. Lelaki tua tadi mulai bicara lagi.
 "I missed the shuttle bus but it already stop running, you know. Its latest hour passed.... I can't ...."

Aku kehilangan ujung kalimatnya. aku tidak bisa menangkap keseluruhan dari apa yang di katakannya. Aksennya yang tidak dapat kumengerti. 
sang kasir berusaha menambahkan penjelasannya. dia berbicara dengan setengah ber bisik.
"okay, I'll take you there!" the police surprisingly responded in a very quick time. 

"oh, that's very sweet of you!" the cashier thanked him nicely.

"no problem" he said.

then he left with the old man. 
"don't forget your drink, sir!" said the cashier to the old man as he almost left his coke nearby the window pane.

I just saw it before my eyes, the things just solved nicely. you will meet kind people everywhere if you are really content with your surrounding. 

I now moved to another shelve after grabbing a bag of potato chips. Semua tadi terjadi begitu saja dan begitu cepat, dalam hitungan kurang dari sepuluh menit. Lamat-lamat aku masih mendengar sang kasir menjelaskan tentang baiknya sang polisi yang mau memgantarkan Bapak tua tadi. aku makin menjauh dari meja kasir, melanjutkan mencari makanan yang kupikir untuk makan malamku. 

Hari Rabu Kali ini tidak bisa tanpa kata. :)
aku bersyukur Ya Allah, melihat kebaikan hati manusia satu pada orang asing lainnya. terjadi begitu saja. 

aku berjalan pulang dengan lebih cepat, takut hujan Turun dan cuaca bertambah dingin. Aku juga tidak memakai jaket hanya selembar sweater yang tidak cukup tebal. aku sedikit menyepelekan cuaca yang kukira tidak akan begitu dingin hari ini. Aku mempercepat langkahku, melangkah lebih cepat dan lebih panjang. Dan menghela nafas lega ketika tiba di rumah dan rintik hujan mulai turun satu-satu. Just in time, said the girl. Lalu aku menyeduh teh, duduk di sofa di samping jendela, menatap ke luar, menikmati hujan. 

gone?

apparently I did finish an entry and posted over here. just to end up finding out it wasn't published. where it all gone?