Terkadang...

Terkadang, sesungguh apapun kita ketika mengatakan bahwa kita mengerti apa yang terjadi pada orang-orang di sekeliling kita atau mengerti apa yang sedang mereka rasakan, mungkin yang sesungguhnya terjadi adalah kita tidak benar-benar mengerti, kita hanya berusaha, berusaha mengerti, dan bisa jadi itu tidak ada separuhnya pun dari  apa yang sesungguhnya terjadi. Tapi paling tidak kita tidak membiarkan mereka sendiri saat hal buruk terjadi. Kita berusaha melakukan apa yang kita bisa, walau sekedar berusaha mengerti, berusaha untuk memahami duduk persoalan, berusaha untuk tidak menghakimi.

Jeda di Hari Ini...

Mungkin terkadang aku berpikir terlalu banyak. Kadang juga berbicara terlalu banyak. Di lain waktu aku lalai begitu banyak, di saat yang lain aku berhenti terlalu banyak, mengeluh terlalu banyak, bersenda terlalu banyak, bermain terlalu banyak.

Hingga kemudian aku melewatkan hal-hal baik yang sekilas terlihat kecil dan kasat mata, yang datang menghampiri, juga tak sengaja melewatkan nasihat-nasihat yang datang, terlihat maupun tak terlihat begitu rupa.

Maka, berhenti sejenak untuk melihat lagi dan menilik tiap hal yang berlalu dalam jeda waktu yang terus bergulir adalah keniscayaan.

*muhasabah hari sesudah hujan*

Great Things Surround Me

Kau tahu zz, mungkin sesekali kau angkuh sekali saat mengeluh pada Allah, bahwa Ia mungkin menunda atau tak memberi apa yang kau minta, walaupun kau begitu menginginkannya. Walau kemudian kau berbaik sangka bahwa tentu saja Sang Pencipta cukup tahu apa yang paling baik bagi ciptaanNya, kau tahu ada sejumput rasa kecil hati melintas sekejapan.

Padahal ketika kau tilik kali, Allah melimpahkan banyak hal baik, tak terduga, menyenangkan, menentramkan,  membahagiakan (even makes your heart burst…), tanpa sempat kau minta detilnya. Allah juga menyelamatkanmu dari hal buruk tak terduga, menjamin keamanan diri dan hatimu, meneduhkan hatimu dari prasangka dan hal buruk, menentramkan hatimu dari dzon-dzon yang tidak perlu, menguatkan hati dan langkahmu di kala ragu, menjadikanmu berhati-hati saat memutuskan hal yang baik dan yang lebih baik, membantumu mengenali hal yang buruk dan yang lebih buruk, dan lagi, dan lagi, yang tak pernah bisa kau hitung dengan benar dan tepat.

Allah pergilirkan nikmat-nikmatNya, besar kecil, tampak sepele  atau tidak sepele, begitu beragam, begitu berwarna...semuanya. Tiap hari, kala pagi, siang, senja datang selalunya, tiap jam bahkan detik, paket-paket itu selalu menghampiri, menghangatkan hati. ketika kepala bertemu bantal, ketika zz mengulang semua bahagia itu sebelum tidur, malu hati sekali rasanya. Lelah memang seharian mengurus ini itu, kesana kemari, tentu saja, tapi rasa menyenangkan itu mengimbanginya dengan cukup baik, hingga tak terasa. Maka, malu hati sekali zz rasanya.

Maka... Allah, jadikanlah aku menjadi bagian dari orang-orang yang selalu memperbaiki kesyukurannya, dalam tiap jeda sedih atau senang, dalam bagaimanapun keadaan.


Senja Bersama Kak Uji

(Pertama kali, credit title goes to Darwis Tere liye, mengingat menimbang zz terinspirasi mencomot judul novelnya yang cukup terkenal itu, “Senja bersama ROSIE”. Dame kana? Aish. I even wrote the credit, rite)?
Gak tahu ya, kayaknya di beberapa tempat umum di banda aceh ini belakangan ini sering muncul orang-orang aneh yang menganggu kenyamanan kalau gak mau dibilang, mengancam juga sih, jadinya harus berhati-hatilah kalau lagi santai juga, misalnya saja sekarang di Taman Putroe Phang. Tiga kali main kesana, dua kali kami memutuskan pergi dari sana setelah diganggu oleh orang yang gak jelas. Bisa jadi juga karena kami pergi sesama perempuan ya? Karena pas sore-sore, taman ini bukanlah tempat sepi, lumayan banyak orang yang datang dan nyantai sekedar menikmati waktu sore. Just be aware, then…

Jadi hari itu, kami menghabiskan senja hingga sebelum magrib di jejak terakhir hari itu di Taman Putroe Phang, sambil bahas ini itu, mulai dari jembatan beton proyeknya Pak Abdullah di sungai kecil yang masuk melintasi taman itu, sampe ke bekas tempat budidaya anggrek yang udah terbengkalai tak tentu rupa, hingga ke situs utama taman ini, tempat pemandian permaisuri Raja Malikussaleh-putri Pahang yang merupakan anak Sultan Pahang Malaysia- yang karena lagi musim hujan gini jadinya hampir penuh oleh air tergenang, yang menurut informasi dari kak uji harusnya gak tergenang. Jadi berkurang cantiknya sih, ditambah lagi dengan kondisi airnya, kuning kehijauan. Anehnya, kalau liat kondisi airnya harusnya kita yang jalan di sepanjang taman itu dan pas lewat di jembatannya, aromanya pasti santer tercium kan. Ini enggak. That’s a good thing, deshou. Ga kebayang aja. :D

Bahasan juga sampe ke jembatan yang biasa muncul di foto prewedding orang-orang sini akhir-akhir ini. :D zz sampe iseng bilang ma kak uji, “pokoknya kak, kk jgn sampe prewedding di sini ya, huehehhe”. Ya, ya, tentu saja. Mana lah pulak kami-kami ini pake prewed segala, kan. Ga kebayang, lagi-lagi! :D
Bagusnya pas lagi ngobrol sambil jalan gitu, ada bangku taman yang kosong dan kami memutuskan duduk di situ. Dan di samping situ ada pulak pohon Bayu. Siapa yang tahu? Pas zz kecil-kecil, kami buat bola dari daunnya. Dan entah pengaruh nostalgic in sudden, zz metik beberapa pucuk daunnya, dan mulai ngerjain balut-balut bikin bola, sayangnya kurang bagus sih. :D lagi seru-serunya ngobrol sambil membayu tu, kami diganggu (dan benar-benar terganggu) kehadiran seseorang yang menghampiri kami.

“permisi kak, bisa minta waktunya sebentar”
“umm… ada apa ini?” berusaha menyelipkan nada bahwa kami lagi gak pengen diganggu nih.
“ini daerah mana ya?” nah lho?! Nanya alamat gitu?
“daerah neusu apa peuniti, gitu, bilang aja taman putroe phang, pasti orang tahu…” tambah berusaha ngasi sinyal, please don’t distract us now, kid. XD
“oh gitu ya…kawan tu takut gak tahu pulak dia” sambil liat-liat hapenya…
Zz : cuek, sambil makin sibuk dan fokus sama pekerjaan tangan. Males iya juga, karena udah kebaca ini gelagat tresspasser satu ini. Zz juga sempat ngeliat di sekitar kami itu ada satu orang lagi yang bolak balik kayaknya temen dia yang ngawasin pembicaraan kami. Aduh, scene apa ini?
“kakak ini mahasiswa ya? Masih kuliah?”
Dalam hati zz, “mak aihh… kore nani??”
Kak uji : “oh iya…” nada kak uji sih zz kerasa banget, pasti kebawa kesel juga. Tindak tanduk ini orang udha mulai gak jelas gitu. Waspada iya juga sih. Zz ngasi tatapan “could you just leave us alone?”
“ada berkeinginan nambah-nambah penghasilan gak kak?” Kayaknya sih dia masih berusaha. Okay!
Kami gak respon, ngeliat aja.
“mm, kalau memang ada, hari minggu kan kak, kami ada acara di taman sari, datang aja kak…” sambil senyum (atau hampir ketawa?) seperti gugup atau apalah yang zz masih gak bisa tafsirkan. :D
“oh iya, makasih infonya…” kak uji baik hati. zz masih keep up alur dia ngomong tapi sambil ngerjain daun-daunan itu. Dalam hati sebenernya udah gak nyaman juga sih. Ditambah gerak gerik kawannya di dekat kami itu. Bisa dibilang bikin kuatir sih sekarang.
“boleh minta nomor hapenya gak kak?”
Hah?
Kak Uji : “wah, gak bisa dong,” sambil ketawa. Zz menatap dengan wajah aneh, lupa juga ekspresi muka zz kayak apa pas itu, haha. Tapi bermaksud lagi-lagi bilang, udahlah dek, udah aja. :D
“ok, makasih, udah ya…” entah gitu juga kak uji bilang, trus barulah dia mau pergi.

Giliran sekarang temennya yang masih beredar sekitar 3-4 meter di dekat kami. Kak uji langsung ceritain kejadian yang baru aja menimpa Cek Ta, saudaranya yang juga zz kenal karena memang tetangga depan rumah kami yang di Kp. Laksana dulu.  Beberapa waktu lalu cek Ta ini kena hipnotis sama orang yang nanyain alamat. Dan polanya kata kak Uji mirip banget sama yang tadi itu. Whoa, jadi makin harus hati-hati kan.

Pas si laki-laki itu datang nyapa, sejak awal zz dan kak uji ternyata punya firasat yang sama, agak gak jelas tuh motifnya, dan dia juga sempat amatin kami sebelum datang, Cuma kami yang dihampiri, apa mungkin karena cewek-cewek ya, karena yang lain, ada juga yang kayaknya sih sama teman laki-lakinya gak didatangin. Kalau iya mau promosi, harusnya kasi aja selebaran yang kayak biasa ada juga kita liat-liat, ngasi tahu ada even atau apalah itu. It’s normal now adays. Tapi trik anak satu ini, pertama nanyain alamat, abis dikasi tahu, gak beranjak juga, trus bertahan nanya ga penting trus terakhir minta nomor hape, ditambah dengan partner nya yang kayak ngawasin kami dan mondar mandir.  Bikin takut saja. Akhirnya kami memutuskan pergi dari situ, saking udah ga nyamannya. Karena si temen itu tiba-tiba berhenti dan ngeliat intens dengan tatapan aneh bin ajaib dalam artian yang sangat negatif dan tentu saja tidak membahagiakan. Halaah. XD

Senja milik kami yang harusnya ditutup dengan mood yang menyenangkan, karena memang akhirnya udah bisa ketemuan setelah ketunda beberapa kali, meng update satu sama lain, harus dirusak sedikit dengan ketakutan dan kejadian aneh begitu. Padahal itu di tempat umum kan, banyak orang juga. Hati-hati juga ya buat yang lain, ada-ada aja kreativitas orang usil dan berniat gak baik dalam menciptakan modusnya. Self-awareness kita harus bener-bener aktif setiap saat. ^^

Dan kak uji, thanks alot for the great evening! Ureshikatta yo, nee-chan! I’ll come more often next time, Insya Allah. ^^