Can't agree more to those words he said. I myself really find it interesting when it comes about 'reading' people when you meet them at the first time. You'll notice few things, some may impress you, while other may not. It just naturally happened, I guess. Yea, it's what so-called first impression, kan?
Gegara di Bridge English Club kemarin itu bahas tentang First Impression, zz jadinya tanpa sadar pas ngomong itu kayak mengejawantah lagi, kayak apa sebenernya pas ketemu seseorang atau orang-orang baru, misalnya. Bisa dibilang first impression ini menjadi hal yang penting dalam interaksi kita sesama makhluk sosial. Penting dalam artian dia cukup memainkan peranan saat diri kita 'memutuskan' untuk melanjutkan interaksi, ataupun malah jadinya gara-gara first impression yang gak mengenakkan, kita membangun mental-block yang dalam tataran tertentu mungkin bisa jadi malah akan merugikan diri kita sendiri.
Kalau ditanya, zz sendiri cenderung setuju pada anggapan bahwa memiliki kesan yang baik pada pertemuan pertama adalah hal yang cukup penting. Karena, percaya tidak percaya, banyak hal baik dan positif yang bisa mengikuti awal yang baik bukan? it's that simple. Maka jadi cukup make-sense juga ketika dikatakan, "tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki kesan pertama yang terlanjur rusak". Siapa orangnya yang bisa memutar waktu kalau misalnya kesan pertama wawancara kerja yang kadung berantakan? Sah-sah saja bilang kalau memang rejekinya, walaupun pertama kali dia udah gak bagus, tapi bisa jadi dia dipanggil lagi karena suatu hal dan akhirnya diterima juga? Bisa jadi (bisa juga enggak). Namun teap saja gak akan membuat kesan pertama dia serta merta berubah kan. His lucky then people can see that may be he's not that 'bad' as his look at his first time, for example.
Maka gak ada salahnya kita lebih memperhatikan diri ketika bertemu orang baru pertama kali. Bukan pula berarti dengan berusaha lebih berhati-hati ini kemudian kita menjadi orang yang tidak menjadi diri sendiri. Sama sekali gak kayak gitu menurut zz. Seperti ada yang salah paham ketika disebutkan bagian ini. Gak ngerti juga kenapa. Kalau zz sendiri melihatnya gini, mencoba behave, berhati-hati saat memasuki lingkungan baru misalnya, komunitas baru, lingkup sosial baru dan sebagainya, bukan berarti kita jadi make up ourselve to look like somebody else or pretend to look good. gak banget juga kan. Tapi, memperhatikan norma-norma kesopanan, berhati-hati memilih topik pembicaraan, tidak bergurau berlebihan, menghargai lawan bicara intinya, ternyata pas diurut-urutkan lagi ya bukan yang muluk-muluk juga, hampir semua adalah trick of our old school, agar komunikasi kita dengan orang lain bisa lancar dan menyenangkan. Perkara kita gak merasa berkepentingan untuk terlihat baik di mata orang lain, atau gak mau bertanggung jawab sama senang tidaknya orang lain terhadap sikap dan tingkah laku kita, well, itu juga sebenarnya hak kita. walaupun kalau mau dilihat lebih jauh, pada hakikatnya, toh kita sedang tidak melakukan sesuatu untuk orang lain, kita sedang membantu diri sendiri, agar 'hidup' kita ke depannya bisa nyaman juga saat berinteraksi dengan orang lain. IMHO, sih. :)
Bukan berarti juga kemudian, the perfect first impression adalah segalanya. Ada juga kok orang yang sukses membuat dirinya menjadi sosok yang bertolak belakang dengan kesan pertama ketika orang lain mengenalnya, setelah mereka mengenalnya lebih jauh. Banyak pun fenomena semacam ini. zz sendiri, sebagai orang yang agak cukup 'mengandalkan' sensitivitas zz pas ketemu orang baru, ngerasa pas slicing information to get to know people and understanding them in very short time, kesan pertama itu membantu banyak. Jadinya ya gitu. walau lagi-lagi tentu saja first impression ini bukan final-judgement, tapi lebih ke atribut informasi untuk menolong zz. Bisa juga dibilang sebenarnya bagian dari self-defense juga, (halah). Karena terkadang ada kondisi dimana zz langsung membangun mental-block begitu kerasa ada yang menerobos batas kenyamanan zz sejak ketemu orang-orang baru pertama kali misalnya. Bukan langsung yang selamanya akan menghindar, tapi mengelola jarak aman untuk berinteraksi. Umm, ribet kali kok ya ternyata. hahah. ya udahlah, nanti aja kapan-kapan dibuat edisi lain yang lebih 'beres'. Nyoe ka lage hana meupu.
Jadi, balik lagi, walaupun dibilang first impression itu bukan segalanya, mengingat ada saja korban orang yang merasa tertipu dengan 'kesan baik' di awal, namun itu gak akan merubah pentingnya usaha memperhatikan bagaimana membawa diri dalam interaksi sosial kita. Bahwa paling tidak kita berusaha mengerti bahwa selain diri kita, bahwa kita ingin tetap menjadi sosok independen yang gak suka kalau diintervensi oleh anngapan orang lain, misalnya, ada dunia di luar sana dengan segala dinamikanya yang punya rantai aksi-reaksinya sendiri. Iya, hukum aksi-reaksi itu cukup menjelaskan bahwa sebenarnya kita dan apa yang kita lakukan berkontribusi terhadap apa yang kemudian kita terima. (zz bener-bener gak nyangka Hukum Newton ke-III ini bisa go public dan digunakan sepopuler ini. :D )
Dan menurut zz, trying to act good and being kind to people would never be a waste. First impression yang positif yang bisa dilihat orang lain saat bertemu kita pertama kali juga gak akan pernah jadi investasi yang merugi. Well, that's my two cents. :D
Wallahu'alam.
0 comments:
Post a Comment