Suatu waktu kita seperti orang yang tersesat dalam perjalanan, seperti petualang yang pesimis pada peta di tangannya, nelayan yang tak percaya pada kompasnya saat terlunta di tengah samudera. Rasa putus asa dan pesimis tak akan menemukan tujuan dan arah jalan yang sebenarnya seperti tertera pada peta.
Suatu waktu, kadang itu terjadi begitu saja.
Hidup yang kita jalani sekarang terbentuk dari pilihan-pilihan yang pernah kita buat. Pilihan kita sendiri. Dan untuk masa depan nanti, ia pun terbentuk dari pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan yang kita buat hari ini. Pilihan kita sendiri.
Maka pilihan berarti sesuatu yang diambil dengan meninggalkan sesuatu atau beberapa hal lainnya. Pilihan juga berarti memutuskan untuk menjalani apa yang dianggap paling baik dan paling mungkin pada saat itu, dengan pertimbangan baik dan terukur, terjangkakan, dengan harapan akan juga baik dan membaikkan di masa depan nanti.
Seperti yang sudah-sudah, di perjalanan belakang sana, setiap pilihan yang sudah diambil punya konsekuensinya sendiri. Menatap jalan setapak di belakang sana, dengan berderet pilihan dan keputusan yang sudah dibuat, melihat peta terbentuknya apa-apa yang dijalani saat sekarang dan saat di hadapan nanti. Ketika sudah memutuskan berjalan di jalan A sekarang misalnya, maka yang terlihat adalah hal-hal yang merupakan efek dari pilihan itu. Kesyukuran harusnya terus diperbaiki, pada banyak hal baik yang ditemui di jalan ini, orang-orang baik dan luar biasa yang singgah dan kemudian bersama-sama berjalan di sini, peta capaian cita-cita di jalan ini. Kesyukuran juga harus terus meninggi pada kerikil yang dijumpai, hal buruk yang menempa diri menjadi lebih kuat, lebih tahan banting, lebih lapang dan ringan dalam menghadapi apa-apa yang datang. Semua itu sudah sepantasnya membuka setiap celah hati yang mengatup oleh pesimis dan ketakutan tak beralasan. Seyogianya semua hal baik dan buruk itu adalah takaran tepat yang menjadikan diri sosok yang bertumbuh dan berproses hingga seperti sekarang ini.
Dan, tentu saja akan berbeda halnya jika di persimpangan yang diambil di belakang sana adalah jalan setapak yang lain. Maka hal-hal yang ada sekarang tentu saja tidak akan sama. Semua akan berbeda mengikuti pilihan dan keputusan yang dibuat di jalan itu. Hal-hal yang ditemui, orang-orang yang ditemui, tentu saja akan berbeda. Dan jika menoleh ke persimpangan yang lain lagi, maka tentu saja pilihan dan ragam keputusannya juga akan berbeda dan begitu seterusnya.
Dan buat zz, sejauh ini sudah perjalanan zz, semoga pilihan-pilihan yang pernah dibuat tidak pernah menjadikan zz orang yang menyesali keputusan yang pernah zz ambil, pilihan yang pernah zz buat. Konsekuensi tentu saja ada dan harusnya baik buruknya itu menjadi pelajaran buat zz. Apapun itu. Pilihan dan keputusan di masa lalu itu, yang menjadi tolak ukur apa yang dijalani saat ini, tak akan pernah bisa ditarik atau diulang lagi. Karena tak ada yang pernah bisa kembali ke masa lalu, pun dongeng mesin waktu hanya mengendap dalam lembar-lembar cerita saja. Hanya ingatan yang bisa pulang sesaat, mengeja memori yang tertinggal, kadang masih menyisa begitu nyata, kadang sudah begitu samar. Lalu ingatan hanya mampu merefleksi keputusan dan pilihan-pilihan masa lampau itu, tanpa daya untuk mengubah, seandainya ada pilihan yang dirasa terlanjur salah atau harusnya tidak dibuat. Tak ada yang bisa diubah, hanya bisa dievaluasi, agar kemudian di saat sekarang, ketika kemudian tiba kembali di persimpangan jalan untuk memilih kembali di antara beberapa hal, berhadapan dengan eksekusi keputusan-keputusan, maka hati, ruh, fikiran terlatih dengan apa yang sudah dilihat dan dipelajari di belakang sana, lalu dengan bijak dan rasa yakin kemudian memutuskan, memilih menjalani pilihan tertentu, tentu saja dengan meninggalkan pilihan yang lainnya, karena mengambil apa yang tersedia semuanya sekaligus bukanlah pilihan itu sendiri.
Ketika pilihan diambil, konsekuensi tiap pilihan selalu membersamai. Maka keyakinan lah yang akan menuntun konsistensi dan keteguhan pada apa yang sudah dipilih untuk dijalani. Rasa tanggung jawab pun turun serta, mengikat diri untuk menjalani pilihan yang sudah dibuat, lalu masa depan yang terbentuk kemudian lagi-lagi adalah wujud dari pilihan ini, dan selalunya akan berbeda dengan persimpangan-persimpangan pilihan lain. Lalu, jika kemudian engkau memutuskannya dengan segenap rasa yakin dan memulangkan perhitungannya dengan sangkaan baik pada perencanaan-perencanaan Allah, maka lanjutkanlah perjalananmu di jalan setapak ini, ambil semua hikmah terserak, yang kadang tampak seterang matahari, dan kadang samar seperti remang cahaya suluh, dan teruslah begitu. Yakin saja, hal-hal yang memang ia ditakdirkan untukmu, tanpa perlu kau ikatkan ke kudamu dengan penuh rasa was-was misalnya, akan tetap pulang dan kembali padamu. Sama saja jika ia sedari awal bukan berada di garis takdirmu, sekuat apapun telah kau pancang di dekat kemahmu, kau hanya menemui tunggul kosong di pagi harinya.
Kau akan belajar pula dari tiap hal yang tetap bertahan tinggal atau yang meninggalkanmu. Kau akan belajar banyak. Selalu, setiap saat.
Maka lagi lagi kemudian...
Pilihan berarti sesuatu yang diambil dengan meninggalkan sesuatu
atau beberapa hal lainnya. Pilihan juga berarti memutuskan untuk
menjalani apa yang dianggap paling baik dan paling mungkin pada saat
itu, dengan pertimbangan baik dan terukur, terjangkakan, dengan harapan
akan juga baik dan membaikkan di masa depan nanti.
Maka, berbaik sangkalah dalam tiap jejak perjalanan hidup kita, pada pilihan-pilihan yang kita buat, bahkan pada hal terberat sekalipun, berbaik sangka pada Allah, Ia yang tiap segala sesuatunya ada dalam kuasa-Nya.
2 comments:
"Pilihan berarti sesuatu yang diambil dengan meninggalkan sesuatu atau beberapa hal lainnya..."
(jadi teringat lagu bang Iwan: aku bukan pilihan)
haha
eh kakak, saran neh, font-nya digedein lagi boleh?
:D
hee, kk suka pulak lagu tu, Haekal! ^^
haa? terlalu kecil ya? Liat dulu ya, karena kalau berubah ukurannya, agak kurang bagus bentuk hurufnya. :D
Post a Comment